Jumat, 28 September 2012

Memilih Teman yang Shalih


Sudah sekian lama ga nulis di blog, akhirnya dapat kesempatan juga nulis lagi hehehe..

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang selalu memberikan keberkahan pada hari Jumat, yaitu hari dimana para laki-laki muslim yang beriman melakukan rutinitas sholat Jumat, mengapa disebut laki-laki muslim yang beriman?karena hanya laki-laki yang beriman saja yang melakukan  sholat Jumat, kecuali orang yang sedang sakit.
Seperti biasanya aku, ayah beserta kakek berangkat sholat Jumat di masjid yang jaraknya lumayan jauh juga untuk ditempuh sehingga setiap sholat Jumat kami selalu mengendarai mobil, kira-kira kami biasanya berangkat jam 11.30 dan sampai tepat pada saat adzan dikumandangkan.
Masjid yang letaknya di pinggir jalan raya Ciputat-Parung itu bernama masjid Al-Amanah. Saat sampai di masjid aku langsung mengambil air wudhu, setelah itu aku naik ke atas (masjid ini terdapat 2 lantai, lantai 1 aula dan lantai 2 untuk sholat) dan sebelum melaksanakan sholat sunnah masuk masjid aku mengambil artikel atau buletin dakwah yang biasanya diletakkan di dekat pintu masjid. Lalu aku mengambilnya dan langsung memasukkannya ke dalam kantong baju padahal belum sempat dibaca karena nantinya pada saat khotbah berlangsung tidak boleh melakukan aktifitas lainnya kecuali mendengarkan sang khotib.
Singkatnya setelah sholat Jumat aku sampai dirumah dan langsung membaca buletin yang aku ambil tadi, dan ternyata buletinnya bermanfaat juga bagiku, judulnya “Memilih Teman yang Shalih”. Berikut ini adalah uraiannya yang aku salin sendiri walaupun (copas) dari buletinnya tapi apa salahnya kalau untuk share dalam kebaikan, hehehe.. langsung aja cekidoot :

Memilih Teman yang Shalih

 “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (Q.S. Al-Furqan : 27-29)

            Latar belakang turunnya ayat di atas berkaitan dengan adanya seorang pemuka Quraisy yang bernama Uqbah bin Abi Mu’aith, ia memiliki kepribadian yang baik, sekalipun belum beriman kepada Rasulullah SAW. namun, ia senang berbicara dan bertukar pikiran dengan beliau, dalam suasana pergaulan yang baik, sampai-sampai suatu ketika ia mengundang Rasulullah SAW. untuk bertamu dan makan di rumahnya. Ketika makanan sudah dihidangkan Rasulullah SAW. mengatakan bahwa beliau tidak hendak memakannya sebelum Uqbah menyatakan dua kalimat syahadat. Karena Uqbah adalah seorang yang baik dan memuliakan tamunya, ia pun mengucapkan syahadat tersebut.
            Setelah peristiwa tersebut ia bertemu dengan kawan lamanya Ubay bin Khalaf dan ia pun menceritakan bahwa dirinya telah bersyahadat, Ubay mencelanya dan mengatakan bahwa “kamu lemah” seraya mengatakan “Saya tidak rela sebelum engkau datang kepada Muhammad itu, caci maki ia lalu ludahi mukanya”. Dengan tidak memikirkan akibat yang jauh, Uqbah pun mengikuti provokasi sesat sahabat lamanya ini.
            Uqbah pun mencari Rasulullah SAW. dan mendapatinya beliau sedang bersujud di Darun Nadwah, lalu dicaci-makilah beliau dan diludahi mukanya, menghadapi penghinaan dari Uqbah ini, beliau menjawab “Apabila kelak aku bertemu denganmu di luar kota Mekkah, pedangku akan memotong kepalamu”. Ketika perang Badar, Uqbah pun tertawan dan Rasulullah memerintahkan Ali untuk membunuhnya sedangkan Ubay terkena tombak, ia lari ke Mekkah dan meninggal seraya berucap “duhai kiranya aku memilih jalan bersama Rasul Allah”. (Lihat Tafsir Al-Munir, DR. Wahbah Zuhaili).
            “aduhai kiranya (dulu) Aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya Aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Kalimat tersebut adalah ungkapan penyesalan seorang yang salah memilih teman kepercayaan, temannya itu telah menyesatkannya sehingga di akhirat ia akan menggigit kedua tanggannya, menyesali sikapnya meninggalkan Rasul dan memilih jalan orang-orang yang sesat.
            Ibnu Katsir dalam tafsirnya tidak secara detail menukil sebab Nuzul di atas, namun menjelaskan , “Setiap orang dzalim akan menyesal pada hari kiamat dengan penyesalan yang sangat, ia akan menggigit kedua tangannya seraya berkata (duhai sekiranya dulu aku memilih jalan bersama Rasul Allah, duhai dulu sekiranya aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman yang memalingkannya dari petunjuk dan beralih kesesatan yang di tunjukkan para penyerunya baik itu Umayyah bin Khalaf atau saudaranya Ubay bin Khalaf atau yang lainnya”. Penyesalan yang akan dihadapi orang-orang dzalim pada hari kiamat adalah akibat mereka menuruti kemauan sesat kroni-kroninya, baik kawannya, istri atau kekasihnya, pemimpinnya dan syetan-syetan yang memberikan angan-angan dan janji palsu, gambaran penyesalan ini disebutkan dalam Al Quran surat Al-Ahzab : 66-68 yang artinya : “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". dan mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.

Memilih Teman yang Baik
           
Ada pepatah yang mengatakan “janganlah kau tanya seseorang tentang dirinya tapi cukup lihat saja temannya, karena seseorang dengan temannya saling mengikuti”.
           
Teman sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang, ia bagaikan kopi atau teh yang akan mewarnai segelas air yang bening, oleh karena itu sudah semestinya setiap orang memperhatikan dengan siapa ia bergaul dan berteman dalam kehidupan sehari-harinya, jika ia berteman dengan orang-orang yang shalih yang selalu menasehatinya ingat kepada Allah SWT. maka akan menjadi sebab memperbaiki kualitas keimanannya.
Sebaliknya apabila ia berteman dengan orang-orang yang berperilaku buruk, maka perilaku buruk itu juga akan menjangkitinya, terkecuali bergaul dengan mereka yang maksud berdakwah dan menasehati mereka untuk dapat berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruknya sedangankan ia sudah memiliki kesiapan yang matang.
Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk, seperti penjual minyak wangi dan seorang pandai besi, seorang penjual minyak wangi mungkin saja ia memberimu minyak wangi, atau engkau membeli darinya atau engkau mendapatkan wangi yang harum sedangkan seorang pandai besi mungkin akan membakar bajumu atau kau mendapati bau yang buruk (darinya)”. (Muttafaq ‘alaih)
Seorang laki-laki yang memiliki teman-teman yang buruk seperti para pelaku maksiat dan orang-orang yang suka meninggalkan shalat, mungkin suatu saat akan juga mengajaknya berlaku demikian. Seorang wanita yang memiliki kawan yang buruk seperti para pelaku ghibah (gosip), dan berkata perkataan yang rendahan secara sadar atau tidak akan terpengaruh. Bagi yang telah memiliki putra-putri hendaklah mendidik mereka dengan sebaiknya memperhatikan pergaulan mereka, arahkan mereka untuk bergaul dengan teman-teman yang shalih yang senantiasa menjaga ajaran agama ini dan saling menasehati dalam kebaikan.
Seringkali keberadaan teman berpengaruh dalam keputusan kita dan mempengaruhi perilaku kita. Oleh karena itu, suatu sudah semestinya kita pandai mencari dan memilih teman. Karena begitu pentingnya seorang teman, seseorang diharuskan memiliki kemampuan memilah dan memilih teman. Teman yang baik, bukan hanya membenarkan apa yang temannya lakukan, tapi bagaimana ia mampu meluruskan dan menegur teman yang salah.
Mudah-mudahan Allah SWT memberi kita petunjuk untuk menerima kebenaran dan melindungi kita dari setiap bujuk rayu para penyeru kesesatan.

Semoga bermanfaat untuk teman-teman semuanya J
Ditulis pada hari Jumat, 28 September 2012 sambil menunggu adzan maghrib

Sumber : buletin dakwah