Sudah sekian lama ga
nulis di blog, akhirnya dapat kesempatan juga nulis lagi hehehe..
Segala
puji syukur bagi Allah SWT yang selalu memberikan keberkahan pada hari Jumat,
yaitu hari dimana para laki-laki muslim yang beriman melakukan rutinitas sholat
Jumat, mengapa disebut laki-laki muslim yang beriman?karena hanya laki-laki
yang beriman saja yang melakukan sholat
Jumat, kecuali orang yang sedang sakit.
Seperti
biasanya aku, ayah beserta kakek berangkat sholat Jumat di masjid yang jaraknya
lumayan jauh juga untuk ditempuh sehingga setiap sholat Jumat kami selalu
mengendarai mobil, kira-kira kami biasanya berangkat jam 11.30 dan sampai tepat
pada saat adzan dikumandangkan.
Masjid
yang letaknya di pinggir jalan raya Ciputat-Parung itu bernama masjid
Al-Amanah. Saat sampai di masjid aku langsung mengambil air wudhu, setelah itu
aku naik ke atas (masjid ini terdapat 2 lantai, lantai 1 aula dan lantai 2
untuk sholat) dan sebelum melaksanakan sholat sunnah masuk masjid aku mengambil
artikel atau buletin dakwah yang biasanya diletakkan di dekat pintu masjid.
Lalu aku mengambilnya dan langsung memasukkannya ke dalam kantong baju padahal
belum sempat dibaca karena nantinya pada saat khotbah berlangsung tidak boleh
melakukan aktifitas lainnya kecuali mendengarkan sang khotib.
Singkatnya
setelah sholat Jumat aku sampai dirumah dan langsung membaca buletin yang aku
ambil tadi, dan ternyata buletinnya bermanfaat juga bagiku, judulnya “Memilih
Teman yang Shalih”. Berikut ini adalah uraiannya yang aku salin sendiri walaupun
(copas) dari buletinnya tapi apa salahnya kalau untuk share dalam kebaikan, hehehe..
langsung aja cekidoot :
Memilih Teman yang Shalih
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang
zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku
mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya
aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya Dia telah
menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan
adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (Q.S. Al-Furqan : 27-29)
Latar belakang turunnya ayat di atas
berkaitan dengan adanya seorang pemuka Quraisy yang bernama Uqbah bin Abi
Mu’aith, ia memiliki kepribadian yang baik, sekalipun belum beriman kepada
Rasulullah SAW. namun, ia senang berbicara dan bertukar pikiran dengan beliau,
dalam suasana pergaulan yang baik, sampai-sampai suatu ketika ia mengundang Rasulullah
SAW. untuk bertamu dan makan di rumahnya. Ketika makanan sudah dihidangkan
Rasulullah SAW. mengatakan bahwa beliau tidak hendak memakannya sebelum Uqbah
menyatakan dua kalimat syahadat. Karena Uqbah adalah seorang yang baik dan
memuliakan tamunya, ia pun mengucapkan syahadat tersebut.
Setelah peristiwa tersebut ia
bertemu dengan kawan lamanya Ubay bin Khalaf dan ia pun menceritakan bahwa
dirinya telah bersyahadat, Ubay mencelanya dan mengatakan bahwa “kamu lemah”
seraya mengatakan “Saya tidak rela sebelum engkau datang kepada Muhammad itu,
caci maki ia lalu ludahi mukanya”. Dengan tidak memikirkan akibat yang jauh,
Uqbah pun mengikuti provokasi sesat sahabat lamanya ini.
Uqbah pun mencari Rasulullah SAW.
dan mendapatinya beliau sedang bersujud di Darun Nadwah, lalu dicaci-makilah
beliau dan diludahi mukanya, menghadapi penghinaan dari Uqbah ini, beliau
menjawab “Apabila kelak aku bertemu denganmu di luar kota Mekkah, pedangku
akan memotong kepalamu”. Ketika perang Badar, Uqbah pun tertawan dan Rasulullah
memerintahkan Ali untuk membunuhnya sedangkan Ubay terkena tombak, ia lari ke
Mekkah dan meninggal seraya berucap “duhai kiranya aku memilih jalan bersama
Rasul Allah”. (Lihat Tafsir Al-Munir, DR. Wahbah Zuhaili).
“aduhai kiranya (dulu) Aku mengambil
jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya Aku (dulu) tidak
menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Kalimat tersebut adalah ungkapan
penyesalan seorang yang salah memilih teman kepercayaan, temannya itu telah
menyesatkannya sehingga di akhirat ia akan menggigit kedua tanggannya,
menyesali sikapnya meninggalkan Rasul dan memilih jalan orang-orang yang sesat.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya tidak
secara detail menukil sebab Nuzul di atas, namun menjelaskan , “Setiap orang
dzalim akan menyesal pada hari kiamat dengan penyesalan yang sangat, ia akan
menggigit kedua tangannya seraya berkata (duhai sekiranya dulu aku memilih
jalan bersama Rasul Allah, duhai dulu sekiranya aku tidak menjadikan si fulan
sebagai teman yang memalingkannya dari petunjuk dan beralih kesesatan yang di
tunjukkan para penyerunya baik itu Umayyah bin Khalaf atau saudaranya Ubay bin
Khalaf atau yang lainnya”. Penyesalan yang akan dihadapi orang-orang dzalim
pada hari kiamat adalah akibat mereka menuruti kemauan sesat kroni-kroninya,
baik kawannya, istri atau kekasihnya, pemimpinnya dan syetan-syetan yang
memberikan angan-angan dan janji palsu, gambaran penyesalan ini disebutkan
dalam Al Quran surat Al-Ahzab : 66-68 yang artinya : “Pada
hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata:
"Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada
Rasul". dan mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari
jalan (yang benar). Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali
lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.
Memilih Teman yang Baik
Ada pepatah yang mengatakan “janganlah
kau tanya seseorang tentang dirinya tapi cukup lihat saja temannya, karena
seseorang dengan temannya saling mengikuti”.
Teman sangat berpengaruh dalam
membentuk kepribadian seseorang, ia bagaikan kopi atau teh yang akan mewarnai
segelas air yang bening, oleh karena itu sudah semestinya setiap orang
memperhatikan dengan siapa ia bergaul dan berteman dalam kehidupan
sehari-harinya, jika ia berteman dengan orang-orang yang shalih yang selalu
menasehatinya ingat kepada Allah SWT. maka akan menjadi sebab memperbaiki
kualitas keimanannya.
Sebaliknya apabila ia berteman
dengan orang-orang yang berperilaku buruk, maka perilaku buruk itu juga akan
menjangkitinya, terkecuali bergaul dengan mereka yang maksud berdakwah dan
menasehati mereka untuk dapat berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruknya
sedangankan ia sudah memiliki kesiapan yang matang.
Tentang hal ini Rasulullah
bersabda, “Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk, seperti
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi, seorang penjual minyak wangi
mungkin saja ia memberimu minyak wangi, atau engkau membeli darinya atau engkau
mendapatkan wangi yang harum sedangkan seorang pandai besi mungkin akan
membakar bajumu atau kau mendapati bau yang buruk (darinya)”. (Muttafaq ‘alaih)
Seorang laki-laki yang memiliki
teman-teman yang buruk seperti para pelaku maksiat dan orang-orang yang suka
meninggalkan shalat, mungkin suatu saat akan juga mengajaknya berlaku demikian.
Seorang wanita yang memiliki kawan yang buruk seperti para pelaku ghibah
(gosip), dan berkata perkataan yang rendahan secara sadar atau tidak akan
terpengaruh. Bagi yang telah memiliki putra-putri hendaklah mendidik mereka
dengan sebaiknya memperhatikan pergaulan mereka, arahkan mereka untuk bergaul
dengan teman-teman yang shalih yang senantiasa menjaga ajaran agama ini dan
saling menasehati dalam kebaikan.
Seringkali keberadaan teman
berpengaruh dalam keputusan kita dan mempengaruhi perilaku kita. Oleh karena
itu, suatu sudah semestinya kita pandai mencari dan memilih teman. Karena begitu
pentingnya seorang teman, seseorang diharuskan memiliki kemampuan memilah dan
memilih teman. Teman yang baik, bukan hanya membenarkan apa yang temannya
lakukan, tapi bagaimana ia mampu meluruskan dan menegur teman yang salah.
Mudah-mudahan Allah SWT memberi
kita petunjuk untuk menerima kebenaran dan melindungi kita dari setiap bujuk
rayu para penyeru kesesatan.
Semoga bermanfaat untuk teman-teman semuanya J
Ditulis pada hari Jumat, 28 September 2012 sambil
menunggu adzan maghrib
Sumber
: buletin dakwah