Bukannya
sulit untuk menghadiahkan senyuman tetapi kita sendiri yang menyulitkan
senyuman itu terlihat di wajah. Hati mana yang tidak tenang apabila sedang
dalam kesulitan, banyak masalah dan kegalauan, masih bisa tersenyum kepada
orang lain. Senyuman itu adalah ciptaan Allah SWT.
Jarir
ibn Abdullah al-Bajali berkata, “Rasulullah SAW. tidak melihatku, kecuali
beliau akan tersenyum.”
Senyuman
itu ada beberapa macam dan tingkatan.
Di
antaranya adalah wajah selalu cerah. Yaitu, wajah Anda selalu bersinar dan
bahagia.
Jika
Anda seorang guru, dan memasuki kelas menghadapi murid-murid, temuilah mereka
dengan wajah ceria.
Ketika
naik kendaraan umum, dan berjalan di antara tempat duduk, lalu orang lain
memperhatikan Anda, jadilah orang yang ceria.
Ketika
memasuki warung, atau pom bensin saat Anda mengulurkan tangan untuk membayar,
tersenyumlah.
Kalau
Anda sedang berada di sebuah majelis, lalu seseorang memasuki ruangan dan dia
mengucapkan salam dengan suara keras, dan melepaskan pandangannya kepada
seluruh hadirin, tersenyumlah Anda.
Ketika
Anda bertemu dengan sekelompok orang dan menyalami mereka satu per satu,
tersenyumlah.
Secara
umum, senyuman memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meredakan kemarahan,
keragu-raguan, serta kebingungan. Pengaruh ini tidak dimiliki oleh sifat-sifat
yang lain.
Pahlawan
adalah orang yang mampu mengalahkan perasaannya dan selalu tersenyum dalam
keadaan paling sesulit apapun.
Pada
suatu hari, Anas ibn Malik r.a berjalan bersama Nabi SAW. ketika itu Nabi SAW
mengenakan pakaian dari Najran yang sangat kaku. Mereka disusul oleh seorang
Arab Badui.
Orang
ini berlari di belakang Nabi SAW. karena dia ingin mengejar beliau. Hingga
ketika dia sudah berada dekat dengan Nabi, dia menarik selendang Nabi dengan satu
hentakan kuat sampai-sampai selendang itu mencekik leher Nabi SAW.
Anas
berkata, “Manakalah aku melihat pundak Rasulullah SAW. guratan selendang itu
membekas di sana disebabkan kuatnya tarikan Arab Badui itu.”
Apakah
yang diinginkan oleh si arab Badui itu?
Apakah
karena rumahnya terbakar, dia lalu datang untuk meminta bantuan? Ataukah mereka
sedang dikepung oleh orang-orang musyrik sehingga datang dalam keadaan takut
dan meminta bantuan?
Dengarlah
apa yang diinginkan Arab Badui itu.
Dia
berkata, “Wahai Muhammad.” Perhatikanlah, Arab Badui ini tidak memanggil beliau
dengan panggilan: Ya Rasulullah.
“Berikanlah
kepadaku harta Allah yang ada padamu!”
Rasulullah
SAW. lalu menoleh kepadanya dan tersenyum lalu memberinya uang.
Benar.
Beliau SAW. adalah seorang pahlawan yang tidak akan goyah hanya oleh perlakuan
seperti itu. Beliau tidak akan menghukum ataupun marah karena hal sepele
seperti ini.
Beliau
adalah orang yang lapang dada, kuat bisa menahan perasaan, dan selalu tersenyum
dalam keadaan yang paling sulit sekalipun. Beliau selalu memikirkan akibat
sebelum melakukan sesuatu.
Toh,
apa gunanya beliau berteriak atau mengusir pria tersebut? Apakah akan membuat
memar di leher beliau sembuh? Ataukah akan membuat Arab Badui itu menjadi lebih
beradab? Tidak.
Kalau
begitu cara yang beliau tak tepat dijadikan contoh dalam kesabaran serta
keramahan.
Memang
benar, dalam beberapa persoalan kita terkadang marah dan emosi. Padahal, solusi
yang sebenarnya betul-betul bertolak belakang dengan sikap kita. Yaitu, kita mesti
menyelesaikannya menggunakan perasaan, kelembutan, senyuman, prasangka baik,
menahan amarah, dan berusaha meraih simpati orang lain.
Tepat
sekali apa yang telah Rasulullah SAW. sabdakan:
“Kekuatan itu bukanlah dengan
bergulat. Namun, orang kuat adalah orang yang bisa menahan dirinya ketika
marah.”
Rasulullah
SAW. adalah seorang yang mulia. Beliau bisa menarik perhatian orang lain dengan
senyuman dan keceriaan beliau.
Para
sahabat pergi menuju perang Khaibar. Di tengah-tengah pertempuran sebuah kantong
kulit berisi lemak jatuh dari salah satu benteng orang-orang yahudi.
Kantong
tersebut diambil oleh Abdullah ibn Mughaffal r.a. dengan senang hati. Dia lalu
membawanya ke kemah tempatnya berkumpul dengan beberapa orang rekannya.
Tindakannya
itu rupanya diketahui oleh petugas yang mengumpulkan serta menertibkan harta
rampasan perang. Petugas ini pun langsung membuat kantong tersebut sambil
berkata, “berikanlah kepadaku untuk dibagikan kepada kaum Muslimin.”
Abdullah
tetap bersikukuh memegangnya dan menolak, “Tidak, demi Allah aku tidak akan
menyerahkannya. Akulah yang mendapatkan kantong ini.”
Petugas
itu tetap bersikeras dan mengatakan, “berikan kepadaku.”
Keduanya
pun saling tarik-menarik merebut kantong lemak itu.
Pada
saat itu, Rasulullah SAW. lewat dan melihat kedua orang itu sedang
tarik-menarik sebuah kantong.
Beliau
SAW. tersenyum dan berkata kepada petugas yang mengumpulkan harta rampasan
perang, “Biarkanlah dia dengan kantongnya.” Akhirnya, petugas itu
melepaskannya. Abdullah langsung pergi menuju kemah dan teman-temannya lalu
mereka memakan lemak itu bersama-sama.
“senyumanmu
kepada saudara seimanmu adalah sedekah”