Senin, 18 Agustus 2014

Tersenyumlah dan Tersenyumlah

Bukannya sulit untuk menghadiahkan senyuman tetapi kita sendiri yang menyulitkan senyuman itu terlihat di wajah. Hati mana yang tidak tenang apabila sedang dalam kesulitan, banyak masalah dan kegalauan, masih bisa tersenyum kepada orang lain. Senyuman itu adalah ciptaan Allah SWT.
Jarir ibn Abdullah al-Bajali berkata, “Rasulullah SAW. tidak melihatku, kecuali beliau akan tersenyum.”
Senyuman itu ada beberapa macam dan tingkatan.
Di antaranya adalah wajah selalu cerah. Yaitu, wajah Anda selalu bersinar dan bahagia.
Jika Anda seorang guru, dan memasuki kelas menghadapi murid-murid, temuilah mereka dengan wajah ceria.
Ketika naik kendaraan umum, dan berjalan di antara tempat duduk, lalu orang lain memperhatikan Anda, jadilah orang yang ceria.
Ketika memasuki warung, atau pom bensin saat Anda mengulurkan tangan untuk membayar, tersenyumlah.
Kalau Anda sedang berada di sebuah majelis, lalu seseorang memasuki ruangan dan dia mengucapkan salam dengan suara keras, dan melepaskan pandangannya kepada seluruh hadirin, tersenyumlah Anda.
Ketika Anda bertemu dengan sekelompok orang dan menyalami mereka satu per satu, tersenyumlah.
Secara umum, senyuman memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meredakan kemarahan, keragu-raguan, serta kebingungan. Pengaruh ini tidak dimiliki oleh sifat-sifat yang lain.
Pahlawan adalah orang yang mampu mengalahkan perasaannya dan selalu tersenyum dalam keadaan paling sesulit apapun.
Pada suatu hari, Anas ibn Malik r.a berjalan bersama Nabi SAW. ketika itu Nabi SAW mengenakan pakaian dari Najran yang sangat kaku. Mereka disusul oleh seorang Arab Badui.
            Orang ini berlari di belakang Nabi SAW. karena dia ingin mengejar beliau. Hingga ketika dia sudah berada dekat dengan Nabi, dia menarik selendang Nabi dengan satu hentakan kuat sampai-sampai selendang itu mencekik leher Nabi SAW.
            Anas berkata, “Manakalah aku melihat pundak Rasulullah SAW. guratan selendang itu membekas di sana disebabkan kuatnya tarikan Arab Badui itu.”
            Apakah yang diinginkan oleh si arab Badui itu?
            Apakah karena rumahnya terbakar, dia lalu datang untuk meminta bantuan? Ataukah mereka sedang dikepung oleh orang-orang musyrik sehingga datang dalam keadaan takut dan meminta bantuan?
            Dengarlah apa yang diinginkan Arab Badui itu.
            Dia berkata, “Wahai Muhammad.” Perhatikanlah, Arab Badui ini tidak memanggil beliau dengan panggilan: Ya Rasulullah.
            “Berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu!”
            Rasulullah SAW. lalu menoleh kepadanya dan tersenyum lalu memberinya uang.
Benar. Beliau SAW. adalah seorang pahlawan yang tidak akan goyah hanya oleh perlakuan seperti itu. Beliau tidak akan menghukum ataupun marah karena hal sepele seperti ini.
Beliau adalah orang yang lapang dada, kuat bisa menahan perasaan, dan selalu tersenyum dalam keadaan yang paling sulit sekalipun. Beliau selalu memikirkan akibat sebelum melakukan sesuatu.
Toh, apa gunanya beliau berteriak atau mengusir pria tersebut? Apakah akan membuat memar di leher beliau sembuh? Ataukah akan membuat Arab Badui itu menjadi lebih beradab? Tidak.
Kalau begitu cara yang beliau tak tepat dijadikan contoh dalam kesabaran serta keramahan.
Memang benar, dalam beberapa persoalan kita terkadang marah dan emosi. Padahal, solusi yang sebenarnya betul-betul bertolak belakang dengan sikap kita. Yaitu, kita mesti menyelesaikannya menggunakan perasaan, kelembutan, senyuman, prasangka baik, menahan amarah, dan berusaha meraih simpati orang lain.
Tepat sekali apa yang telah Rasulullah SAW. sabdakan:
“Kekuatan itu bukanlah dengan bergulat. Namun, orang kuat adalah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah.”
Rasulullah SAW. adalah seorang yang mulia. Beliau bisa menarik perhatian orang lain dengan senyuman dan keceriaan beliau.
Para sahabat pergi menuju perang Khaibar. Di tengah-tengah pertempuran sebuah kantong kulit berisi lemak jatuh dari salah satu benteng orang-orang yahudi.
Kantong tersebut diambil oleh Abdullah ibn Mughaffal r.a. dengan senang hati. Dia lalu membawanya ke kemah tempatnya berkumpul dengan beberapa orang rekannya.
Tindakannya itu rupanya diketahui oleh petugas yang mengumpulkan serta menertibkan harta rampasan perang. Petugas ini pun langsung membuat kantong tersebut sambil berkata, “berikanlah kepadaku untuk dibagikan kepada kaum Muslimin.”
Abdullah tetap bersikukuh memegangnya dan menolak, “Tidak, demi Allah aku tidak akan menyerahkannya. Akulah yang mendapatkan kantong ini.”
Petugas itu tetap bersikeras dan mengatakan, “berikan kepadaku.”
Keduanya pun saling tarik-menarik merebut kantong lemak itu.
Pada saat itu, Rasulullah SAW. lewat dan melihat kedua orang itu sedang tarik-menarik sebuah kantong.
Beliau SAW. tersenyum dan berkata kepada petugas yang mengumpulkan harta rampasan perang, “Biarkanlah dia dengan kantongnya.” Akhirnya, petugas itu melepaskannya. Abdullah langsung pergi menuju kemah dan teman-temannya lalu mereka memakan lemak itu bersama-sama.

“senyumanmu kepada saudara seimanmu adalah sedekah”


Minggu, 17 Agustus 2014

"Muhasabah Cinta"


Bersabarlah duhai rasa;
yang kini masih memendam asa;
ketika nafsu datang berkuasa;
sirami ia dengan sejuknya puasa…
Bersabarlah wahai raga;
dengan sabar yang tak terhingga;
trus istiqomah dalam menjaga;
yakin semua kan berbalas surga…
Bersabarlah duhai hati;
yang kini masih terus menanti;
yakin ada Allah yg slalu memerhati..
Kelak setiap rindu kan terobati;
setiap peluh akan terganti;
Karena Janji-Nya telah pasti;
tak pernah ingkar slalu ditepati..
"Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)" (An-nuur: 26)