Selasa, 28 Agustus 2012

Keluarkan Mereka dari Dalam Lubang



Bukankah pada suatu waktu anda pernah merasa kesal akibat sebuah kalimat menyakitkan yang dilontarkan oleh seseorang kepada Anda di depan umum?
Atau anda diolok-olok oleh seseorang, meskipun hanya berkenaan dengan sesuatu yang sepele, seperti karena pakaian Anda, ucapan Anda, ataupun logat bicara Anda, sehingga mimik kekesalan tampak jelas dari raut wajah Anda yang mulai memucat.
Tiba-tiba, ada orang lain yang membela Anda. Maka Anda langsung merasa memperoleh hadiah yang sangat besar darinya. Sebab, seolah-olah dia memegangi ujung pakaian Anda ketika orang lain mendorong Anda ke dalam jurang.
Praktekkanlah keterampilan ini terhadap orang lain, niscaya Anda akan menyaksikan pengaruhnya yang sangat menajubkan.
Seandainya Anda bertamu kepada seseorang, lalu keluarlah salah seorang anaknya sambil membawa nampan berisi makanan. Sayangnya, dia sedikit terburu-buru, sehingga menyebabkan nampan tersebut hampir jatuh.
Mulailah sang ayah memarahinya, sambil membentaknya, “Kenapa kamu selalu terburu-buru? Sudah berapa kali aku mengajarimu?”
Memerahlah wajah anak tersebut, lalu menjadi pucat.
Pada kesempatan itu, Anda langsung mengatakan, “Tidak. Dia ini seorang jagoan yang gagah. Masya Allah, dia mampu membawa semua ini sendirian. Mungkin dia terburu-buru karena ada sesuatu yang belum dibawa.”
Perasaan seperti apakah yang akan dirasakan oleh anak tersebut terhadap diri Anda?
Ini baru terhadap seorang anak kecil. Bagaimana menurut Anda jika keterampilan ini dipraktekkan terhadap orang dewasa?
Jika Anda memuji seorang teman dalam sebuah rapat, setelah orang-orang menghujaninya dengan celaan.
Atau Anda memuji salah seorang saudara, setelah seluruh keluarga menumpahkan hujatan terhadapnya.
Ketika seorang pemuda dipojokkan oleh sebuah pertanyaan di hadapan khalayak ramai, “Gembiralah, wahai fulan, memangnya berapa sih nilaimu semester ini?”
Saya bertanya kepada Anda. Demi Allah, apakah pertanyaan seperti ini akan dilontarkan oleh seorang berakal di muka umum?
Maka berubahlah air muka pemuda tersebut sehingga menjadi tidak karuan. Namun Anda langsung menyelamatkannya dengan sebuah pertanyaan ramah, “Ada apa sih, si fulan ini bertanya tentang nilainya? Apakah kamu akan menikahkannya dengan adikmu? Atau mungkin kamu punya lowongan pekerjaan untuk dia?”
Pastilah orang-orang akan tertawa dan melupakan pertanyaan yang telah dilontarkan orang itu.
Atau mungkin seandainya seseorang mencelanya karena nilai yang dia raih rendah, lalu Anda menanggapinya, “Kawan, janganlah mencelah dia. Jurusannya memang sangat sulit. Akan tetapi semester depan dia pasti lebih baik dari ini, Insya Allah.”
Meraih cinta orang lain adalah peluang yang tidak akan disia-siakan oleh orang-orang cerdas.
Ketika angin berhembus, manfaatkanlah
      Setiap hembusan, ada diamnya pastilah
Pada suatu saat, Abdullah ibn Mas’ud r.a. berjalan bersama Rasulullah SAW
Ketika keduanya melewati sebuah pohon Nabi SAW memintanya untuk memanjat dan memotongkan sebuah ranting untuk siwaknya.
Ibnu Mas’ud r.a pun memanjatnya dengan gesit. Dia adalah seorang pria bertubuh kecil dan berbadan kurus. Mulailah dia memilih ranting untuk dipotong.
Tiba-tiba berhembuslah angin, sehingga pakaiannya berkibar dan terlihat kedua betisnya. Ternyata, betisnya sangat kecil dan kurus. Melihat betis itu, tertawalah orang-orang.
Lantas Nabi SAW bersabda, “Mengapa kalian tertawa? Apa karena kedua betisnya kecil? Demi Zat Yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, kedua betisnya benar-benar lebih berat daripada gunung Uhud, dalam timbangan Allah.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la dan lainnya. Hadits Sahih)
Bagaimanakah kiranya perasaan Abdullah ibn Mas’ud r.a. ketika orang-orang menertawainya, lantas dia dibela dan dipuji oleh Nabi SAW ?




Dikutip dari buku Enjoy Your Life (Seni Menikmati Hidup) karangan  Dr. Muhammad al-‘Areifi , penerbit Qisti Press, 2008 , halaman 439

Tidak ada komentar:

Posting Komentar